Konjungtivitis merupakan peradangan pada selaput tipis berwarna bening yang melapisi bagian dalam kelopak mata (atas dan bawah) serta bagian luar sklera (putih mata) atau konjungtiva. Kondisi ini dapat menyerang semua usia, tak terkecuali bayi baru lahir. Apa penyebab konjungtivitis pada bayi?
Disebut dengan neonatal conjunctivitis, kondisi ini membuat bayi lahir dengan mata merah. Hal tersebut dapat terjadi karena infeksi, iritasi, atau saluran air mata yang tersumbat.
Gejala dan Penyebab Konjungtivitis pada Bayi Baru Lahir
Dalam catatan Centers for Disease Control and Prevention, bayi dengan neonatal conjunctivitis bakal mengalami drainase mata dalam beberapa hari hingga beberapa minggu setelah lahir. Akibatnya, kelopak mata mereka menjadi bengkak, merah, dan lembut.
Penyebab Konjungtivitis pada Bayi
Dalam banyak kasus, apa yang menyebabkan bayi lahir menderita konjungtivitis sulit ditentukan. Sebab, gejalanya tidak bervariasi berdasarkan penyebabnya. Adapun kemungkinan penyebabnya, yaitu:
- saluran air mata yang tersumbat
- iritasi yang dihasilkan oleh antimikroba topikal yang muncul saat lahir
- infeksi virus atau bakteri yang ditularkan dari ibu ke bayinya saat melahirkan
- bahkan, ibu tanpa gejala (asimtomatik) pada saat persalinan dapat membawa dan menularkan bakteri atau
- virus kepada bayi selama proses kelahiran
Jenis Neonatal Conjunctivitis
Sama halnya dengan orang dewasa, konjungtivitis pada bayi terbagi menjadi beberapa jenis. Adapun jenis umum neonatal conjunctivitis adalah sebagai berikut.
Konjungtivitis Inklusi (klamidia)
Chlamydia trachomatis dapat menyebabkan konjungtivitis inklusi dan infeksi genital (klamidia). Seorang wanita dengan klamidia yang tidak diobati dapat menularkan bakteri tersebut kepada bayinya saat melahirkan.
Gejalanya cenderung muncul lima hingga 12 hari setelah lahir. Namun, sebenarnya, dapat berkembang lebih awal jika kantung ketuban pecah saat melahirkan. Gejala konjungtivitis inklusi termasuk:
- mata merah
- pembengkakan kelopak mata
- keluarnya nanah
Beberapa bayi baru lahir dengan konjungtivitis klamidia dapat mengalami infeksi di bagian lain tubuhnya. Bakteri dapat menginfeksi paru-paru dan nasofaring (bagian belakang hidung terhubung ke mulut).
Konjungtivitis pada Bayi karena Gonokokal
Neisseria gonorrhoeae dapat menyebabkan konjungtivitis gonokokal, serta infeksi menular seksual yang disebut gonore. Seorang wanita dengan gonore yang tidak diobati dapat menularkan bakteri ke bayinya saat melahirkan.
Gejala biasanya berupa:
- mata merah
- nanah kental di mata
- pembengkakan pada kelopak mata
Neonatal conjunctivitis jenis ini biasanya dimulai pada dua sampai lima hari pertama kehidupan. Ini juga dapat berkembang menjadi infeksi serius pada aliran darah (bakteremia) dan selaput otak dan sumsum tulang belakang (meningitis) pada bayi baru lahir.
Baca Juga : Cari Tahu Konjungtiva dan Fungsinya pada Mata
Konjungtivitis pada Bayi karena Kimia
Saat obat tetes mata diberikan kepada bayi baru lahir untuk membantu mencegah infeksi bakteri, mata bayi baru lahir dapat mengalami iritasi. Neonatal conjunctivitis ini dapat didiagnosis sebagai konjungtivitis kimia.
Gejala konjungtivitis kimiawi biasanya berupa mata merah ringan dan beberapa pembengkakan pada kelopak mata. Selain itu, biasanya cenderung berlangsung hanya 24 hingga 36 jam.
Konjungtivitis pada bayi lainnya
Virus dan bakteri selain Chlamydia trachomatis dan Neisseria gonorrhoeae dapat menyebabkan konjungtivitis. Misalnya, bakteri yang biasanya hidup di vagina wanita dan tidak menular secara seksual dapat menyebabkan konjungtivitis.
Tak hanya itu, virus yang menyebabkan herpes genital dan oral dapat menyebabkan konjungtivitis neonatal dan kerusakan mata yang parah. Sang ibu dapat menularkan virus tersebut kepada bayinya saat melahirkan.
Namun, konjungtivitis herpes lebih jarang terjadi dibandingkan konjungtivitis yang disebabkan oleh gonore dan klamidia. Gejala dari neonatal conjunctivitis ini biasanya berupa mata merah dan kelopak mata bengkak dengan sedikit nanah.
Leave a reply