Pupil memiliki peran menentukan kuantitas cahaya yang masuk ke bagian mata. Ukuran pupil dapat membesar mau pun mengecil, tergantung cahaya yang masuk ke dalam mata. Hanya saja, dalam beberapa kasus, ukuran pupil di kedua mata tak sama. Istilah yang menggambarkan kondisi tersebut adalah anisocoria.
Apa itu Anisocoria?
Pupil bekerja dikontrol dua otot di iris agar membuka dan menutup. Otot dilator iris membuka pupil dari dalam ke luar. Ini terlihat seperti matahari dengan sinar memanjang dari tengah. Sfingter iris adalah otot melingkar yang mengontrol penutupan pupil. Saraf yang memengaruhi pupil terhubung ke jalur aferen (jalur dari mata ke otak). Mereka juga terhubung ke jalur eferen (jalur dari otak ke mata).
Setelah itu, bekerja dengan membiarkan cahaya masuk ke mata saat otot-otot iris mengubah bentuknya. Lensa di mata memfokuskan cahaya yang melewati pupil. Cahaya kemudian masuk ke bagian belakang mata dan menyentuh retina.
Lalu, retina mengubah cahaya menjadi sinyal listrik. Otak menerima sinyal ini dan mengubahnya menjadi gambar. Sehingga, dapat melihat. Pupil juga memberikan aqueous humor jalur ke bagian depan mata. Aqueous humor adalah cairan yang menyehatkan mata
Ukuran pupil berbeda
Satu dari lima orang memiliki ukuran pupil yang biasanya berbeda. Saat ukuran pupil mata tidak sama disebut dengan anisocoria.
Siapa pun dapat memiliki pupil yang ukurannya berbeda tanpa ada masalah. Namun, kadang-kadang, ukuran pupil yang tidak rata bisa menjadi gejala masalah mata yang serius.
Orang yang mungkin terkena anisocoria termasuk mereka yang memiliki masalah, seperti:
- masalah sistem saraf
- riwayat kerusakan mata
- berisiko mengalami stroke
- infeksi virus
- pupil tonik Adie (bila satu pupil tidak merespon cahaya sebaik pupil lainnya)
Gejala Anisocoria
Seperti dilansir dari Cleveland Clinic, seringkali orang tidak menyadari ukuran pupil mereka berbeda. Beberapa orang hanya menyadarinya saat membandingkan foto diri mereka yang lama dan terbaru.
Jika anisocoria berkembang dari masalah kesehatan mata, orang tersebut mungkin memiliki gejala-gejala, seperti berikut.
- Ptosis, ketika kelopak mata atas terkulai di atas mata sedikit, atau terlalu banyak hingga menutupi pupil. Ptosis dapat membatasi atau bahkan sepenuhnya menghalangi penglihatan normal.
- Masalah menggerakkan mata
- Sakit mata
- Demam
- Sakit kepala
- Keringat berkurang
Diagnosis
Untuk mendiagnosis anisocoria, dokter mata akan melakukan pemeriksaan, yaitu sebagai berikut.
- Memeriksa pupil di ruangan terang dan ruangan gelap. Ini memungkinkan mereka untuk melihat bagaimana pupil merespons cahaya. Selain itu, membantu mengetahui pupil mana yang tidak normal.
- Dokter mata juga akan memeriksa mata dengan mikroskop slit-lamp. Instrumen ini memungkinkan dokter mata melihat mata dalam bagian yang kecil dan mendetail. Itu membuatnya lebih mudah untuk menemukan masalah.
- Jika ada gejala lain bersama dengan ukuran pupil yang berbeda, dokter mata akan melakukan tes lain untuk mempelajari lebih lanjut tentang kondisi.
Pengobatan
Biasanya anisocoria tidak perlu diobati karena tidak mempengaruhi penglihatan atau kesehatan mata. Jika anisocoria terkait dengan masalah kesehatan mata, masalah tersebut perlu ditangani.
Jika memiliki pertanyaan tentang anisocoria, pastikan untuk bertanya kepada dokter mata. Dokter mata berkomitmen untuk melindungi penglihatan.
Jika memiliki keluhan tentang penglihatan bisa melakukan pemeriksan di vision center. Salah satunya, Kasoem Vision Care. Dengan pengalaman lebih dari 80 tahun pemeriksaan bukan hanya fokus pada tajam penglihatan saja.
Kasoem Vision Care melayani pemeriksaan lapang pandang, kontra sensitivitas, binokuler, strabismus (mata juling), pemeriksaan buta warna, dan screening low vision hingga pemeriksaan untuk penggunaan lensa kontak Rigid Gas Permeable (RGP). Tes penglihatan pun dilakukan oleh Refractionist Optician tersertifikasi.
Untuk informasi lain, hubungi Kasoem Care dengan melalui layanan chat 08118179910. Layanan ini tersedia Senin sampai Minggu, pada 09.00-16.00 WIB.
Leave a reply